Pernyataan Sikap Mengutuk Represifitas Terhadap Mahasiswa Papua di Bali
Represifitas disertai dengan kekerasan kembali dilakukan oleh aparat keamanan bersama ormas reaksioner terhadap mahasiswa Papua di Bali.
Represifitas disertai dengan kekerasan kembali dilakukan oleh aparat keamanan bersama ormas reaksioner terhadap mahasiswa Papua di Bali.
“Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain.” Begitu tulis Pramoedya Ananta Toer dalam salah satu karyanya “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
Inflasi yang sedang menerpa banyak di berbagai dunia saat ini bukanlah disebabkan banyaknya permintaan konsumen atas suatu produk di pasar, peredaran mata uang yang berlebihan, ataupun tekanan dari serikat buruh yang menuntut kenaikan upah.
We have seen socialist leaning publications combat this misinforming narrative by pulling out the numbers above and clearing China’s name from the so-called Debt Trap. But few actually have educated their readers and steer the conversation on Sri Lanka away from US against China; they missed the opportunity to discuss the matter of historical contexts of Sri Lanka, and they missed the opportunity on their writings to offer an analysis about inflations that will affect the whole world, especially the people of the global south.
Sumber kemarahan rakyat Sri Lanka berasal dari kenaikan harga, kelangkaan kebutuhan pokok dan upah para buruh yang tidak dibayar. Harga makanan mereka naik secara signifikan, bahan bakar termasuk LPG langka, dan obat-obatan juga sulit ditemukan untuk kebanyakan orang.
Kemenangan untuk demokrasi dan solidaritas untuk Papua
Mahasiswa Papua di Ternate Demo: DOB dan Otsus Ancaman Bagi OAP dan Pintu Masuk Pemodal
Aliansi Rakyat Bergerak mengadakan Aksi untuk memperingati momentum MayDay, Hari Pendidikan Nasional, dan 24 tahun Reformasi.
Sejumlah kebijakan yang anti-rakyat termanifestasi dalam penghapusan subsidi migas, privatisasi sektor publik, deregulasi, dan peningakatan devisa melalui perdagangan, Pajak, dan eksploitasi buruh migran. Maka kerjasama internasional CEPA, BRI, MEA, KTT G20 dan lainnya yang diiming-imingi oleh rezim menuju Indonesia maju justru menjadi malapetaka bagi rakyat Indonesia dengan menanggung hutang luar negeri, serta merasakan dampak dari inflasi dan kenaikan harga secara internasional.
Tidak berlangsung lama aparat kepolisian merangsek dan mengintimidasi masa aksi dengan membentak dan memaksa masa aksi membubarkan diri dengan alasan tidak ada surat pemberitahuan.
Bukanlah pejabat pemerintah, juga bukan komite-komite keselamatan ataupun lembaga-lembaga lainnya yang mengadakan revolusi, tetapi rakyat tertindas! Untuk menghentikan laju revolusi itu, maka para penindas akan menggerakkan pasukan bersenjata, membayar para filosof-filosof, kaum agamis, dan kelompok intelektual.
PRP Jabodetabek dan FRI-WP menyampaikan 10 tuntutan dalam aksi tolak DOB Dan Otsus, Termasuk menyampaikan solidaritas untuk Hariz Azhar-Fatiah serta bagi perjuangan warga Wadas menolak tambang
Sekitar 3 dari 10 kota yang menggelar aksi kemarin dibubarkan secara paksa oleh aparat keamanan. 3 kota itu, yakni Jayapura, Manokowari, dan Sorong.
Biaya pendidikan sangatlah tinggi. Menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Chili merupakan negara dengan pendidikan yang termahal di dunia, yakni mencapai 3.400 dolar per tahun. Padahal gaji rata-rata pekerja di Chili hanya 8.500 dolar. Ini berarti setiap keluarga membayar biaya pendidikan 75% dari total pendapatan.
Dengan Bundaran UGM sebagai titik kumpulnya, massa aksi berkumpul pada pukul 13:00 WIB, dan melakukan Long March menuju Tugu Pal Putih pada pukul 15:40 WIB , kemudian massa sampai pada pukul 16:40 WIB.
Tidak sedikit massa aksi yang mendapatkan kekerasan dan intimidasi, bahkan ada salah satu massa aksi perempuan dari Papua. Sekitar 22 orang ditangkap saat aksi. Aparat menembakan gas air mata dan water canon terhadap massa aksi. Setelah massa berhamburan dan kocar-kacir, aparat melakukan pengejaran, pemukulan, pengeroyokan dan penyisiran ke rumah-rumah warga untuk mencari massa aksi.
Kaum proletar tidak dapat mencapai kebebasan penuh sampai ia telah memenangkan kebebasan penuh untuk kaum perempuan.
Pada 16 Maret 2019, dalam rangka Hari Solidaritas Global untuk Venezuela, berbagai gerakan sosial dan politik di berbagai belahan dunia menggelar aksi solidaritas untuk Venezuela. Tidak terkecuali di Indonesia.
Setelah lebih dari enam bulan dipenjara, saya memutuskan akan menuliskan beberapa catatan singkat dari dalam penjara, yang kalau disetujui oleh kawan-kawan Pembebasan, dapat diterbitkan di media propaganda milik Pembebasan.
Alam merupakan bagian dari bumi yang menjadi sumber kehidupan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Manusia mengolah alam dengan alat kerjanya sehingga dapat berproduksi untuk bertahan hidup. Manusia, sangat besar pengaruhnya terhadap alam sehingga kehidupan manusia tak bisa dilepaspisahkan dengan alam.
© PEMBEBASAN 2010 - 2023